Site icon BPFK Medan

Masih Layak Pakai di 2025? Review Lengkap Poco M3 untuk Pengguna Sekarang

Poco M3

Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, apakah gadget yang kamu pegang masih cukup tangguh untuk menghadapi rutinitas digital sekarang? Atau mungkin kamu sedang mencari smartphone second-hand yang murah tapi tetap bertenaga? Jika iya, kamu datang ke tempat yang tepat.

Dulu, Xiaomi Poco meluncurkan sebuah ponsel yang dijuluki “Raja Kelas Entry-Level”. Perangkat itu menawarkan spesifikasi menggiurkan dengan harga yang sangat bersahabat. Waktu terus bergerak, dan kini kita berada di tahun 2025.

Review ini hadir bukan untuk mengulasnya berdasarkan konteks tahun peluncuran. Kami akan membedahnya dengan kacamata kekinian. Apakah performa, kamera, dan software-nya masih mampu bersaing? Ataukah sudah waktunya untuk upgrade?

Kami paham, keputusan “layak pakai” sangat personal. Bergantung pada kebutuhan dan ekspektasi kamu sehari-hari. Oleh karena itu, analisis kami akan jujur dan mendalam, mencakup daya tahan baterai yang legendaris, performa chipset, kualitas kamera, dan update sistem operasi.

Bagi kamu pemilik setia Xiaomi Poco seri ini, atau calon pembeli bekas yang cermat, mari kita evaluasi bersama. Kita akan lihat apakah ponsel ini masih menyimpan “senjata rahasia” yang relevan, seperti baterai berkapasitas raksasa yang bisa bertahan berhari-hari. Seperti yang diungkap dalam ulasan kelebihan dan kekurangan Poco M3, ketangguhan baterai adalah poin plus utamanya.

Artikel ini akan memandu kamu melalui tinjauan praktis. Kami akan bahas kekuatan dan kelemahannya untuk penggunaan di era sekarang. Jadi, bersantailah dan mari kita mulai petualangan review ini.

Poin Penting yang Akan Dibahas

Poco M3 di 2025: Pengantar untuk Sang “Entry-Level King” Lama

Sebelum menilai relevansinya sekarang, penting untuk memahami mengapa perangkat ini sempat dijuluki ‘raja’. Pada akhir 2020, spesifikasinya memang seperti paket lengkap untuk harganya.

Dia hadir dengan bodi yang solid seberat 198 gram. Ketebalan 9.6 mm itu wajar mengingat isi di dalamnya.

Mengenang Spesifikasi Andalan di Era-nya

Jantungnya adalah chipset Qualcomm Snapdragon 662. Prosesor ini punya konfigurasi CPU octa-core dengan Kryo 260. Ada empat inti cepat dan empat inti efisien.

Untuk storage, pengguna bisa memilih antara 64GB atau 128GB. Teknologi UFS 2.1/2.2 membuat transfer data lebih cepat dari eMMC biasa. Opsi RAM 4GB atau 6GB mendukung multitasking yang mulus pada masanya.

Display IPS LCD 6.53 inci menawarkan resolusi Full HD+. Rasio kontras mencapai 1567:1, sehingga gambar terlihat cukup tajam. Kecerahan maksimal sekitar 439 nits masih cukup untuk penggunaan dalam ruangan.

Di bagian belakang, triple camera menjadi andalan. Sensor utama 48 MP dikawal oleh sensor macro dan depth masing-masing 2 MP. Fitur Quad Bayer pada sensor utama bertugas menangkap cahaya lebih baik.

Namun, mahkotanya adalah baterai berkapasitas raksasa 6000 mah. Ini adalah nilai jual utama yang sulit ditandingi bahkan oleh ponsel entry-level baru sekalipun.

Pertanyaan Besar: Relevansi di Tengah Gempuran HP Baru

Lima tahun adalah waktu yang sangat panjang di dunia teknologi. Standar “cukup” telah berubah drastis.

Pertama, apakah Snapdragon 662 masih sanggup? Aplikasi dan game sekarang lebih haus sumber daya. Menurut ulasan benchmark Snapdragon 662, performanya memang solid untuk kelasnya di 2020. Namun, di 2025, kita harus bertanya: untuk penggunaan apa saja?

Kedua, dukungan software. Berbasis Android 10, perangkat ini sudah tertinggal beberapa versi utama. Update keamanan yang terbatas menjadi titik lemah kritis di era sekarang.

Ketiga, desain dan material. Bodinya yang plastik dengan tekstur kulit sintetis mungkin masih nyaman digenggam. Namun, kesan “premium” mungkin sudah berkurang dibandingkan ponsel baru yang ramping.

Lalu, bagaimana dengan fitur tambahannya? Audio dual speaker, port infrared, dan fitur isi daya balik (reverse charging) dulu adalah kelebihan. Sekarang, apakah fitur-fitur itu masih menjadi pembeda yang kuat bagi calon pengguna?

Inilah pertimbangan inti yang akan kita bahas lebih lanjut. Spesifikasi yang dulu gemilang kini harus dihadapkan pada realitas kebutuhan digital 2025.

Daya Tahan dan Kenyamanan: Aset Terbesar yang Masih Bertahan?

Bagian terpenting dari pengalaman menggunakan ponsel adalah bagaimana ia terasa di tangan dan bertahan seharian. Di tengah gempuran teknologi baru, aspek fisik dan ketahanan sering kali menentukan apakah sebuah perangkat masih layak dipertahankan.

Kami akan menguji tiga pilar utama: kapasitas baterai raksasa, kualitas tampilan layar, dan desain fisik. Mari kita lihat apakah ketiganya masih menjadi keunggulan di tahun 2025.

Baterai 6000 mAh: Masih Jadi Raja Ketahanan

Kapasitas 6000 mah memang angka yang mengesankan. Menurut pengujian GSM Arena, perangkat ini meraih endurance rating 154 jam. Ini adalah bukti ketahanan legendarisnya.

Data rinci menunjukkan performa yang solid. Untuk panggilan telepon, ia bisa bertahan hingga 46 jam. Browsing internet mencapai 21 jam, sedangkan pemutaran video bisa 17 jam non-stop.

Namun, ada pertanyaan kritis. Setelah 4-5 tahun, degradasi battery pasti terjadi. Kapasitas efektif mungkin sudah turun 15-20%. Meski begitu, sisa daya masih jauh di atas ponsel baru berkapasitas standar.

Kecepatan charging 18W dulu dianggap cepat. Untuk mengisi penuh 6000 mAh, butuh waktu sekitar 2 jam lebih. Dibandingkan standar sekarang yang mencapai 33W atau 67W, kecepatan ini terasa biasa saja.

Fitur reverse wired charging 2.5W masih berguna. Kamu bisa mengisi daya perangkat kecil seperti earphone TWS atau smartwatch. Ini solusi darurat yang praktis saat bepergian.

AktivitasWaktu Tahan BateraiKeterangan
Panggilan Telepon46 jamKoneksi 3G terus menerus
Browsing Web21 jamMelalui jaringan Wi-Fi
Pemutaran Video17 jamVideo offline, kecerahan tetap
Standby154 jam totalEndurance rating GSM Arena

Layar IPS LCD 6.53″: Apakah Masih Cukup di Era AMOLED?

Panel IPS LCD 6.53 inci menawarkan resolusi Full HD+. Kerapatan piksel 395 ppi masih terasa tajam untuk membaca teks atau menonton video. Namun, di era dominasi AMOLED, bagaimana performanya?

Kelebihan utama teknologi ini adalah akurasi warna yang natural. Tidak ada risiko burn-in seperti pada panel AMOLED. Warna tampil konsisten dari berbagai sudut pandang.

Kekurangannya terletak pada kontras dan warna hitam. Ratio kontras 1567:1 memang baik untuk LCD, tapi hitamnya tidak sepekat AMOLED. Ini terasa saat menonton film dengan adegan gelap.

Kecerahan maksimal sekitar 439 nits cukup untuk penggunaan dalam ruangan. Di bawah sinar matahari langsung, konten masih terbaca meski tidak optimal. Ini menjadi pertimbangan bagi pengguna aktif di luar ruangan.

Display ini masih memadai untuk kebutuhan harian. Media sosial, streaming YouTube, dan browsing terlihat jelas. Namun, bagi penggemar konten HDR atau gaming kompetitif, mungkin terasa kurang memuaskan.

Desain dan Build Quality: Tahan Genggam atau Sudah Usang?

Bodi plastik dengan tekstur kulit sintetis memberikan karakter unik. Tekstur ini nyaman digenggam dan tahan terhadap sidik jari. Desain fungsional ini masih relevan untuk penggunaan sehari-hari.

Bobot 198 gram dan ketebalan 9.6 mm terasa solid di tangan. Dibandingkan ponsel modern yang lebih ramping, mungkin terasa berat. Namun, ini memberikan kesan kokoh dan premium untuk material plastik.

Modul camera belakang memiliki desain yang mencolok. Konfigurasi triple sensor dengan layout vertikal menjadi ciri khas. Setiap sensor memiliki fungsinya masing-masing, termasuk untuk efek depth.

Pelindung Gorilla Glass 3 di bagian depan masih memberikan perlindungan dasar. Tahan terhadap goresan ringan dari kunci atau koin di saku. Untuk jatuh dari ketinggian rendah, bodi plastik justru lebih fleksibel menyerap benturan.

Fitur audio dual speaker memberikan pengalaman mendengarkan yang memadai. Suara cukup keras dan jelas untuk menonton video atau mendengarkan musik. Port infrared masih berguna sebagai remote universal untuk AC atau TV.

Secara keseluruhan, desain ini menunjukkan usia tetapi tidak usang. Ia tetap fungsional dan nyaman, meski tidak lagi terlihat trendi dibandingkan desain terkini.

Review Performa Poco M3 di Tahun 2025: Chipset, Software, dan Kamera

Kini saatnya kita menguji jantung dari perangkat ini: seberapa tangguh performanya menghadapi tantangan 2025? Bagian ini akan membedah tiga pilar utama yang menentukan pengalaman sehari-hari.

Kita akan mulai dari kekuatan prosesor dan memori. Lalu beralih ke tantangan software yang sudah lawas. Terakhir, kita evaluasi kemampuan fotografi di era kamera canggih.

Snapdragon 662 & RAM 4/6GB: Masih Lancar untuk Apa Saja?

Chipset Snapdragon 662 dengan arsitektur Kryo 260 menjadi otak perangkat ini. Skor benchmark AnTuTu sekitar 177.904 menunjukkan kemampuannya di masanya.

Untuk aktivitas harian seperti media sosial dan perbankan, performanya masih cukup. Aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, dan mobile banking terbuka dengan lancar.

Namun, untuk game berat seperti Genshin Impact, kamu harus puas dengan setting rendah. Frame rate akan terjaga di 30 fps dengan resolusi minimal.

Game seperti Mobile Legends atau PUBG Mobile masih bisa dimainkan. Grafis medium dengan frame rate stabil adalah pilihan terbaik. Jangan harap gameplay ultra smooth seperti di smartphone baru.

Varian RAM 6GB jelas lebih unggul untuk multitasking. Aplikasi di background tidak sering tertutup dibandingkan varian 4GB. Ini penting jika kamu sering berganti aplikasi.

Setelah penggunaan intensif, panas yang dihasilkan masih wajar. Tidak sampai membuat throttling parah yang mengganggu. Performa tetap konsisten untuk sesi pendek.

AktivitasPengalaman PenggunaRekomendasi Setting
Media Sosial & BrowsingLancar, loading cepatDefault
Mobile LegendsStabil di medium graphicsMedium, High Frame Rate
PUBG MobilePlayable di low-mediumSmooth, Balanced
Genshin ImpactHanya low settingsLowest, 30 fps
Multitasking (4GB vs 6GB)6GB lebih baik retensi appMinimal 3 app di background

Android 10 dan MIUI 12: Tantangan Terbesar di Masa Kini

Sistem operasi Android 10 sudah tertinggal lima versi utama. Ini adalah titik lemah paling kritis untuk penggunaan di 2025. Update keamanan yang terbatas membuka risiko.

Beberapa aplikasi baru mungkin membutuhkan API level lebih tinggi. Fitur-fitur terbaru dari developer tidak akan tersedia. Kompatibilitas menjadi tantangan seiring waktu.

MIUI 12 sendiri menawarkan banyak fitur kustomisasi. Namun, bloatware dan iklan yang muncul bisa mengganggu. Seperti diungkap dalam review mendalam, antarmuka ini awalnya terasa agak berat.

Bagi pengguna teknis, opsi custom ROM bisa memperpanjang usia pakai. Instalasi ROM berbasis Android yang lebih baru adalah solusi. Tapi ini butuh pengetahuan dan ada risiko kehilangan garansi.

Triple Camera 48MP: Bagaimana Kualitasnya Dibandingkan HP Sekarang?

Sistem triple camera dengan sensor utama 48MP masih bisa menghasilkan foto bagus. Di kondisi cahaya cukup, detail yang dihasilkan memuaskan untuk media sosial.

Teknologi pixel binning 4-in-1 menghasilkan foto 12MP dengan kualitas baik. Dynamic range cukup lebar untuk memotret landscape. Warna yang dihasilkan natural dan tidak terlalu jenuh.

Mode Malam (Night Mode) membantu di kondisi low-light. Tapi hasilnya tidak sebersih smartphone entry-level generasi sekarang. Noise masih terlihat jelas di area gelap.

Kamera depth 2MP membantu membuat efek bokeh buatan. Hasilnya cukup natural untuk portrait sederhana. Sensor makro 2MP sudah kurang relevan dengan kualitas terbatas.

Kamera depan 8MP masih memadai untuk video call dan selfie casual. Untuk konten TikTok atau Instagram story, kualitasnya cukup. Jangan harap detail super tajam.

Kemampuan rekaman video maksimal 1080p pada 30 frame per detik. Ini masih standar untuk konten media sosial biasa. Stabilisasi elektronik membantu mengurangi guncangan kecil.

Fitur Tambahan: Dual Speaker, Infrared, dan Reverse Charging

Sistem audio dual speaker memberikan pengalaman mendengarkan yang imersif. Kualitas suara dengan skor -26.5 LUFS cukup baik untuk menonton film.

Jack audio 3.5mm masih menjadi kelebihan bagi penggemar musik. Kamu bisa menggunakan earphone wired favorit tanpa adapter. Dukungan Hi-Res Audio 24-bit/192kHz menambah nilai.

Port infrared berfungsi sebagai remote universal yang praktis. Mengontrol AC, TV, atau kipas angin dari smartphone tetap berguna. Fitur ini langka di smartphone baru.

Fitur reverse wired charging 2.5W berguna sebagai solusi darurat. Mengisi daya earphone TWS atau smartwatch saat bepergian. Kapasitas battery 6000 mah mendukung fungsi ini.

Konektivitas Bluetooth 5.0 masih relevan untuk perangkat aksesori. FM Radio menjadi hiburan alternatif tanpa paket data. Semua fitur ini menunjukkan kelengkapan yang dulu menjadi nilai jual.

Kesimpulan: Apakah Poco M3 Masih Layak Dibeli atau Dipakai di 2025?

Dari baterai hingga performa, semua telah diuji – kini waktunya menentukan apakah ini masih pilihan bijak. Xiaomi Poco ini menawarkan pertukaran nilai yang jelas: baterai super tahan lama berhadapan dengan software lawas dan performanya yang mulai tertinggal.

Bagi pemilik setia, pertahankan phone selama baterainya masih sehat. Cukup untuk telepon, chat, dan media sosial. Upgrade jika lag mengganggu atau khawatir dengan keamanan.

Untuk pembeli bekas, periksa kondisi fisik baterai. Pastikan harga sangat murah, sekitar 1 jutaan. Hanya cocok untuk penggunaan santai atau sebagai cadangan.

Perangkat ini bukan lagi “Raja Entry-Level”. Tapi bisa jadi “Raja Baterai” pilihan hemat biaya. Keputusan akhir tergantung prioritas kamu: ketahanan seharian atau performa modern?

Bagikan pengalamanmu dengan Xiaomi Poco di komentar! Teknologi berkembang, tapi nilai sebuah gadget ditentukan oleh seberapa baik ia memenuhi kebutuhan spesifikmu.

➡️ Baca Juga: Mengapa Beta Android Eksklusif untuk Pixel? Memahami Program Developer Google

➡️ Baca Juga: Analisis Tren: Mengapa iPad Pro Semakin Tipis dan Dampaknya pada Ketahanan

Exit mobile version