Android

Exynos 2400 vs Snapdragon 8 Gen 3: baterai hambak-hambakan beda tipis

Tahukah kamu, dalam pengujian stres yang ekstrem, jantung sebuah ponsel flagship modern bisa bekerja hingga 20% lebih keras di satu model dibandingkan saudaranya? Perbedaan itu sering bersembunyi di balik chipset yang terpasang.

Tahun ini, Samsung Galaxy S24 series menghadirkan kejutan. Setelah setahun vakum, varian chipset buatan sendiri, Samsung Exynos, kembali hadir di beberapa wilayah. Sementara di tempat lain, ponsel yang sama mengandalkan prosesor dari Qualcomm.

Kedua soc flagship ini menjanjikan performa tangguh. Namun, dari berbagai pengujian, selisih kecepatan keduanya ternyata sangat tipis. Di mana letak perbedaan yang sebenarnya? Jawabannya ada pada efisiensi daya.

Artikel ini akan mengupas tuntas perbandingan nyata antara kedua otak cerdas tersebut. Kami fokus pada apa yang paling kamu rasakan: ketahanan baterai seharian penuh. Tujuannya, memberi kamu panduan praktis memilih versi mana yang paling cocok untuk gaya hidupmu di Indonesia.

Poin-Poin Penting

  • Dua chipset flagship berbeda menggerakkan Galaxy S24, tergantung wilayah penjualan.
  • Performa maksimal CPU dan GPU dari keduanya sangat berdekatan.
  • Area pembeda utama terletak pada efisiensi konsumsi daya dan pengelolaan panas.
  • Hasil ketahanan baterai bisa berbeda signifikan antara model Exynos dan Snapdragon.
  • Pilihan terbaik bergantung pada prioritas: performa puncak untuk gaming atau efisiensi untuk pemakaian sehari-hari.
  • Fitur AI dan konektivitas keduanya canggih, dengan optimasi yang sedikit berbeda.
  • Analisis berdasarkan data pengujian nyata dari berbagai sumber terpercaya.

Pendahuluan: Dua Jagoan di Satu Ponsel Flagship

Bayangkan, kamu dan teman di negara lain membeli Galaxy S24 yang sama, namun “jantung” pemrosesnya bisa jadi bukan saudara kembar.

Inilah fenomena unik yang dihadirkan Samsung tahun ini. Setelah setahun penuh mengandalkan prosesor dari vendor lain, mereka menghidupkan kembali chipset buatan sendiri.

Keputusan ini menciptakan dua varian dengan karakteristik unik dalam satu seri flagship.

Untuk model reguler dan plus, sebagian besar negara mendapatkan soc buatan internal Samsung. Sementara pasar seperti Amerika Serikat dan China menerima varian dengan prosesor andalan Qualcomm.

Pengecualian berlaku untuk model paling top. Galaxy S24 Ultra hanya hadir dengan satu pilihan chipset di seluruh dunia.

Perbedaan ini langsung memicu perbincangan hangat. Banyak yang penasaran, mana yang lebih unggul dalam hal performance nyata.

Artikel ini hadir untuk memberikan jawaban berdasarkan data. Kita akan melihat fakta dari pengujian, bukan sekadar mengikuti rumor.

Tujuannya, mempersiapkan kamu untuk eksplorasi mendalam tentang kedua otak cerdas ini. Perbedaan sesungguhnya seringkali lebih halus dari angka benchmark.

Mari kita selami detail teknisnya untuk menemukan jawabannya.

Exynos 2400 Vs Snapdragon 8 Gen 3: Bedah Spesifikasi Teknis

Kunci memahami performa dan efisiensi sebuah chipset terletak pada cara ia dibangun dan dirakit. Mari kita buka hood dan lihat komponen paling vital dari kedua prosesor flagship ini.

Perbandingan ini akan mengungkap filosofi desain yang berbeda. Setiap pilihan arsitektur punya dampak langsung pada pengalaman pakai sehari-hari.

Proses Fabrikasi dan Filosofi CPU

Kedua chipset mengusung proses node 4 nanometer. Namun, pabrik dan generasi teknologinya berbeda.

Prosesor dari Qualcomm dibuat dengan teknologi N4P dari TSMC. Ini adalah proses generasi kedua yang sudah matang.

Sementara itu, chipset Samsung diproduksi di rumah sendiri. Mereka menggunakan proses 4LPP+ yang merupakan generasi ketiga dari Samsung Foundry.

Perbedaan pabrik ini bisa mempengaruhi efisiensi daya dan pengelolaan panas. Samsung juga mengklaim keunggulan dari teknologi pengemasan FOWLP.

Teknologi Fan-Out Wafer Level Packaging ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja thermal. Aliran panas diharapkan lebih merata dan efisien.

Filosofi inti CPU mereka juga bertolak belakang. Satu mengandalkan kecepatan tinggi, satunya lagi mengutamakan jumlah inti.

Snapdragon 8 Gen 3 menganut desain octa-core (8-inti). Konfigurasinya agresif, menekankan clock speed yang tinggi untuk tugas berat.

Sebaliknya, Exynos 2400 memilih jalan deca-core (10-inti). Jumlah inti efisiennya lebih banyak, dengan kecepatan yang sedikit lebih rendah.

Berikut rincian konfigurasi dan kecepatan masing-masing kluster inti:

Kluster Inti Snapdragon 8 Gen 3 Exynos 2400
Cortex-X4 (Performance Prime) 1 inti @ 3.3 GHz 1 inti @ 3.2 GHz
Cortex-A720 (Performance) 3 inti @ 3.15 GHz 2 inti @ 2.96 GHz 2 inti @ 2.9 GHz 3 inti @ 2.6 GHz
Cortex-A520 (Efficiency) 2 inti @ 2.27 GHz 4 inti @ 1.95 GHz
Total Inti CPU 8 Inti (Octa-core) 10 Inti (Deca-core)

Dalam hal dukungan memori, keduanya setara. Kedua prosesor sudah kompatibel dengan standar terbaru UFS 4.0 dan RAM LPDDR5X.

Ini memastikan kecepatan baca-tulis penyimpanan dan akses memori yang sangat cepat.

GPU: Xclipse 940 (AMD RDNA 3) vs Adreno 750

Di sisi grafis, kita melihat dua arsitektur yang berbeda bersaing. Kualitas gaming dan render visual sangat bergantung pada bagian ini.

Exynos 2400 mengusung GPU Xclipse 940. Unit ini berbasis arsitektur AMD RDNA 3 yang juga digunakan di kartu grafis PC gaming.

Sementara itu, Snapdragon 8 Gen 3 mengandalkan Adreno 750. GPU custom buatan Qualcomm ini sudah terkenal akan efisiensi dan kinerjanya.

Kedua GPU ini sama-sama sangat tangguh. Mereka mendukung teknologi game mutakhir untuk pengalaman yang imersif.

  • Ray Tracing Hardware: Keduanya mampu menghitung pencahayaan dan bayangan real-time seperti di konsol game. Efek visual dalam game jadi lebih cinematic.
  • Variable Rate Shading (VRS): Teknologi ini mengoptimalkan beban kerja GPU. Area yang kurang penting di render dengan detail lebih rendah untuk menghemat daya tanpa mengorbankan kualitas yang terlihat.

Ada perbedaan menarik dalam kemampuan menggerakkan layar. Chipset Samsung mampu mendukung output tampilan hingga 4K pada 120Hz.

Prosesor Qualcomm, di sisi lain, maksimal mendukung 4K pada 60Hz. Namun, untuk penggunaan ponsel sehari-hari, perbedaan ini mungkin tidak terlalu terasa.

Keduanya sama-sama mendukung refresh rate tinggi 144Hz untuk resolusi QHD+. Ini menjamin kelancaran scroll dan animasi di layar ponsel.

Dengan fondasi spesifikasi teknis ini, kita siap untuk melihat uji performa nyatanya. Angka benchmark akan mengonfirmasi kekuatan masing-masing desain.

Uji Performa: Benchmark dan Kekuatan di Tangan

A detailed, high-tech benchmark comparison scene featuring a sleek desktop setup. In the foreground, a modern laptop displaying CPU and GPU benchmark graphs with vibrant colors and clear data points. In the middle, a close-up view of high-performance hardware components like an Exynos 2400 and Snapdragon 8 Gen 3 chips, artistically arranged. The background showcases a futuristic tech environment with soft blue and green ambient lighting, reflecting a sense of innovation and performance. A Canon lens perspective adds depth, with a slight blur effect on the background to focus on the hardware. The atmosphere should exude professionalism and technological advancement, suitable for a tech article. The image should be clean and organized, devoid of any text or distractions.

Setelah melihat spesifikasi di atas kertas, saatnya kita menguji kekuatan sebenarnya dari kedua prosesor flagship ini. Angka benchmark memberikan patokan objektif untuk membandingkan kemampuan komputasi dan grafis.

Data dari laboratorium ini akan menjawab pertanyaan penting. Mana yang lebih cepat dalam membuka aplikasi atau merender game berat?

Mari kita telusuri angka-angka tersebut dan artikan untuk pengalaman penggunaan sehari-hari.

Kekuatan CPU dalam Angka

Pengujian komputasi umum menggunakan Geekbench 6 dan PCMark. Tes ini mengukur kecepatan pemrosesan data untuk tugas tunggal dan multi-tasking.

Hasilnya menunjukkan selisih yang tipis. Varian dari Qualcomm unggul sekitar 7% dalam tes single-core dan multi-core Geekbench.

Di tes PCMark yang mensimulasikan pekerjaan sehari-hari, keunggulannya sekitar 5%. Skor agregat di AnTuTu juga mencerminkan tren serupa.

Berikut rincian perbandingan angka benchmark CPU yang terkumpul:

Jenis Tes (Benchmark) Snapdragon 8 Gen 3 For Galaxy Samsung Exynos 2400 Keterangan
Geekbench 6 (Single-Core) ~2,250 poin ~2,100 poin Unggul ~7%
Geekbench 6 (Multi-Core) ~7,100 poin ~6,650 poin Unggul ~7%
PCMark Work 3.0 ~22,000 poin ~21,000 poin Unggul ~5%
AnTuTu v10 (Total Skor) ~1,819,945 poin ~1,699,940 poin Unggul ~7%

Perbedaan 5-7% dalam angka ini seringkali tidak kasat mata saat dipakai. Membuka media sosial, streaming video, atau berpindah aplikasi akan terasa sama lancarnya.

Fakta menarik, meski memiliki 10 inti (deca-core), konfigurasi 8-inti lawannya yang lebih teroptimasi mampu mencetak angka lebih tinggi. Ini menunjukkan efisiensi desain yang matang.

Dominasi Grafis 3D dan Pertarungan Ray Tracing

Di arena grafis, pertarungan semakin sengit. Tes 3DMark Wild Life mengukur kekuatan untuk game 3D modern.

Di sini, Adreno 750 menunjukkan dominasinya. Keunggulan mencapai 25% pada tes Wild Life dan 18% pada Wild Life Extreme.

Ini menunjukkan kekuatan rasterisasi tradisional dari GPU buatan Qualcomm. Untuk gaming biasa, frame rate akan lebih tinggi dan stabil.

Namun, cerita berubah saat teknologi ray tracing diuji. Tes Solar Bay khusus mengukur kemampuan ini.

Hasilnya sangat berdekatan. GPU Xclipse 940 berbasis arsitektur AMD RDNA 3 berhasil menyamai kinerja saingannya.

Arsitektur dari dunia PC gaming ini membawa kelebihan dalam menghitung cahaya dan bayangan real-time. Untuk game yang mendukung fitur ini, pengalaman visual akan sama memukaunya.

Kesimpulannya, kedua chipset ini sangat tangguh untuk gaming high-end. Pilihan bergantung pada jenis game yang paling sering dimainkan.

Angka benchmark memberi gambaran kekuatan puncak. Tapi, bagaimana konsistensinya saat digunakan berlama-lama? Itulah ujian sesungguhnya.

Efisiensi Daya dan Daya Tahan Baterai: Siapa yang Lebih Irit?

A high-tech laboratory scene showcasing a thermal stress testing setup for smartphone chipsets. In the foreground, a sleek Exynos 2400 and Snapdragon 8 Gen 3 chipset mounted on cooling plates, surrounded by high-precision measuring instruments. The middle ground features engineers in professional attire focused on monitoring data on multiple screens displaying battery capacity graphs and thermal readings. In the background, a futuristic lab filled with LED-lit equipment, creating a high-energy atmosphere. Soft blue and green lighting emphasizes technology and innovation. A wide-angle shot captures the entire scene to convey a sense of advanced research. No text or watermarks present.

Ujian sesungguhnya bagi sebuah prosesor bukan hanya angka benchmark, melainkan ketahanannya menghadapi tekanan panas dan daya.

Bagian ini akan mengungkap dua sisi koin yang sama pentingnya. Pertama, bagaimana chipset ini bertahan saat dipaksa bekerja keras terus-menerus.

Kedua, seberapa efisien mereka menguras baterai dalam pemakaian normal sehari-hari. Jawabannya mungkin mengejutkan.

Hasil Pengujian Stres dan Stabilitas Thermal

Pengujian stres mensimulasikan kondisi ekstrem seperti gaming marathon atau rendering video panjang. Tujuannya melihat konsistensi performance dan pengelolaan panas.

Data dari berbagai review menunjukkan pola yang menarik. Setelah 20 siklus tes berat, kedua prosesor mengalami penurunan kecepatan (throttling).

Namun, tingkat penurunannya berbeda. Chipset buatan Samsung mempertahankan persentase performance yang lebih stabil dibandingkan saingannya.

Jenis Tes Stres (GPU) Samsung Exynos 2400 Snapdragon 8 Gen 3 Keterangan
Wild Life Extreme Stress Test 54.9% dari performa puncak 47.9% dari performa puncak Exynos lebih stabil
3DMark Solar Bay (Ray Tracing) 56.5% dari performa puncak 54.2% dari performa puncak Selisih tipis
Tes Beban GPU Berkelanjutan 60.3% dari performa puncak 43.6% dari performa puncak Exynos unggul signifikan

Dalam hal suhu, varian Exynos cenderung lebih hangat sekitar 2°C. Namun, suhu maksimum keduanya tetap di bawah 50°C.

Ini adalah batas yang aman dan tidak menyebabkan overheat ekstrem. Hasil ini tidak lepas dari desain bodi Galaxy S24 yang ramping.

Sistem pendingin di ponsel flagship yang kompak ini menjadi faktor pembatas bagi kedua chipset bertenaga. Seperti yang diungkap dalam pengujian stres chipset flagship, keterbatasan pendinginan mempengaruhi kinerja jangka panjang.

Bukti Nyata: Masa Pakai Baterai dalam Penggunaan

Lalu, bagaimana dengan efisiensi untuk aktivitas ringan? Di sinilah perbedaan yang paling terasa muncul.

Dalam berbagai tes masa pakai baterai otomatis, model dengan chipset Samsung bertahan lebih lama. Keunggulan ini terlihat saat web browsing, media sosial, dan terutama pemutaran video.

Ada beberapa alasan kuat di balik efisiensi yang lebih baik ini.

  • Konfigurasi CPU yang Cerdas: Prosesor ini memiliki empat inti efisien berkecepatan rendah (1.95 GHz). Jumlah ini lebih banyak daripada pesaingnya. Konfigurasi ini ideal untuk menangani tugas latar belakang dan aktivitas ringan tanpa boros daya.
  • Proses Manufaktur 4nm: Teknologi 4LPP+ dari Samsung Foundry mungkin memberikan sedikit keunggulan efisiensi untuk beban kerja tertentu dibandingkan node TSMC N4P yang digunakan chipset lain.

Contoh nyatanya adalah durasi menonton video. Pada tes pemutaran video 4K berulang, ponsel dengan soc buatan internal Samsung menunjukkan screen-on time yang lebih panjang.

Bagi pengguna yang mengutamakan baterai tahan dari pagi hingga malam, keunggulan efisiensi ini sangat berarti. Ini mengonfirmasi bahwa dalam hal “keiritan”, pilihan yang satu ini memiliki nilai lebih.

Jadi, jika performance puncak untuk gaming adalah prioritasmu, pilihan lain mungkin lebih unggul. Namun, untuk daya tahan baterai seharian penuh, jawabannya menjadi lebih jelas.

Fitur Tambahan: AI, Konektivitas, dan Teknologi Pendukung

Selain otot CPU dan GPU, chipset modern dilengkapi dengan fitur pintar yang mengubah cara kita berinteraksi dengan perangkat. Bagian ini mengungkap kemampuan di balik layar yang sering kali menentukan pengalaman pengguna.

Kita akan membahas dua pilar utama: kecerdasan buatan yang bekerja langsung di ponsel dan kemampuan terhubung ke berbagai jaringan. Keduanya sama pentingnya dengan kecepatan prosesor untuk ponsel flagship masa kini.

Kecerdasan Buatan (AI) dan Pemrosesan On-Device

Kedua prosesor flagship ini memiliki unit pemrosesan neural (NPU) yang sangat kuat. Unit khusus ini menangani tugas-tugas AI generatif secara lokal, di dalam perangkat.

Ini berarti kamu bisa membuat gambar dari teks, menerjemahkan percakapan secara real-time, atau menyempurnakan foto tanpa perlu mengirim data ke cloud. Keuntungannya ganda: proses lebih cepat dan privasi terjaga.

Kemampuan NPU dari kedua chipset ini sangat impresif untuk penggunaan umum. Perbedaan performanya sangat kecil dan sulit dirasakan dalam aktivitas sehari-hari.

Mereka sama-sama mendukung fitur AI canggih di Galaxy S24 series. Beberapa contoh kegunaannya termasuk:

  • Generasi Gambar: Mengubah deskripsi teks menjadi gambar seni langsung di galeri.
  • Terjemahan Suara Real-Time: Menerjemahkan percakapan telepon atau obrolan langsung dengan latensi sangat rendah.
  • Peningkatan Foto & Video: Secara otomatis menghilangkan objek yang tidak diinginkan atau menstabilkan rekaman dengan kualitas lebih baik.

Dengan AI on-device, batasan kreativitas dan produktivitas menjadi semakin tipis. Kamu tidak lagi bergantung pada koneksi internet untuk mendapatkan hasil yang memukau.

Modem dan Konektivitas Nirkabel

Kemampuan terhubung adalah nyawa ponsel pintar. Dalam hal ini, kedua prosesor menawarkan paket lengkap dengan sedikit perbedaan spesialisasi.

Modem terintegrasi pada chipset Samsung secara teori menawarkan kecepatan unduh puncak yang lebih tinggi, mencapai 12.1 Gbps. Angka ini mengesankan mengingat Qualcomm adalah pemimpin pasar modem selama bertahun-tahun.

Sementara itu, prosesor dari Qualcomm memiliki kecepatan puncak hingga 10 Gbps. Keduanya mendukung jaringan 5G lengkap, baik frekuensi mmWave maupun sub-6GHz.

Fitur penyelamat yang dimiliki keduanya adalah dukungan koneksi satelit dua arah (NTN). Ini berguna untuk mengirim pesan darurat saat berada di area tanpa sinyal seluler sama sekali.

Perbedaan signifikan muncul dalam konektivitas Wi-Fi. Prosesor Qualcomm sudah dilengkapi dengan Wi-Fi 7 generasi terbaru.

Sementara chipset Samsung masih menggunakan Wi-Fi 6E. Wi-Fi 7 menjanjikan kecepatan lebih tinggi, latensi lebih rendah, dan stabilitas yang lebih baik di lingkungan ramai.

Untuk navigasi, prosesor buatan Qualcomm memiliki dukungan yang lebih luas. Ia mencakup sistem NavIC (digunakan di India) dan QZSS (Jepang), selain GPS, GLONASS, dan BeiDou standar.

Dukungan lain seperti NFC untuk pembayaran nontunai dan port USB 3.2 Type-C dengan output DisplayPort tersedia di kedua prosesor. Pilihan akhir seringkali bergantung pada kebutuhan spesifik lokasi dan gaya hidup pengguna.

Mana yang Lebih Cocok untuk Pengguna di Indonesia?

Di tengah lautan spesifikasi teknis, pertanyaan terbesar pengguna Indonesia adalah: mana yang benar-benar cocok untukku? Data benchmark dan pengujian sudah kita bahas. Sekarang, mari kita terjemahkan menjadi rekomendasi praktis yang mudah dicerna.

Pilihan ideal sangat bergantung pada gaya hidup dan prioritas kamu sehari-hari. Apakah kamu lebih sering menatap layar untuk marathon game atau untuk bekerja dan hiburan sepanjang hari?

Berikut panduan memilih berdasarkan dua profil pengguna yang paling umum.

Untuk Gamer yang Mengutamakan Performa Grafis

Jika kamu adalah gamer hardcore yang menginginkan frame rate setinggi mungkin di game AAA, jawabannya cenderung jelas. Prosesor dari Qualcomm, Snapdragon 8 Gen 3, adalah pilihan yang lebih kuat untuk grafis tradisional.

Keunggulan 25% di benchmark 3DMark bukanlah angka kosong. Ini dapat diterjemahkan ke pengalaman gaming yang lebih mulus, terutama di game yang menuntut seperti Genshin Impact atau Call of Duty: Mobile dengan pengaturan maksimal.

GPU Adreno 750 di dalamnya telah terbukti sangat efisien dalam menangani beban berat. Kamu akan merasakan kelancaran yang konsisten selama pertempuran sengit.

Namun, ada catatan penting untuk teknologi masa depan. Untuk game yang sudah mendukung ray tracing, ceritanya berbeda.

Kinerja ray tracing Samsung Exynos 2400 dengan GPU Xclipse 940 berbasis AMD RDNA 3 sangat berdekatan. Dalam game tertentu, pengalaman visualnya bisa setara atau bahkan sedikit lebih baik.

Jadi, rekomendasi untuk gamer: pilih varian dengan chipset Qualcomm jika kamu mengejar frame rate tertinggi. Tetapi jika kamu tertarik pada game dengan pencahayaan real-time yang cinematically, kedua prosesor ini sama-sama hebat.

Untuk Pengguna yang Ingin Baterai Tahan Lama

Bagi banyak orang, performa puncak tidak berarti jika baterai habis sebelum hari berakhir. Jika prioritas utama kamu adalah ponsel yang tahan dari pagi hingga malam, maka Exynos 2400 menawarkan keunggulan yang jelas.

Efisiensi dayanya yang lebih baik sangat terasa dalam aktivitas harian. Skenario seperti banyak browsing, berselancar di media sosial, streaming video panjang, dan teleponan akan sangat diuntungkan.

Konfigurasi CPU dengan empat inti efisien berkecepatan rendah bekerja dengan sangat cerdas. Tugas-tugas latar belakang dan aktivitas ringan tidak banyak menggerus daya baterai.

Yang perlu diingat, perbedaan performa maksimal antara kedua processor ini tidak akan terlalu terasa dalam aktivitas sehari-hari tersebut. Membuka aplikasi, mengganti tab, atau menonton video akan terasa sama lancarnya.

Jadi, untuk pengguna yang mengutamakan ketahanan baterai, varian dengan chipset buatan Samsung adalah pilihan yang lebih tepat. Kamu akan lebih jarang mencari stopkontak di tengah kesibukan.

Di Indonesia, faktor ketersediaan juga perlu dipertimbangkan. Untuk model Galaxy S24 dan S24+, varian dengan Samsung Exynos biasanya yang lebih umum dan mudah ditemukan.

Pada akhirnya, tidak ada pilihan yang salah dalam Samsung Galaxy S24 series. Keduanya adalah flagship yang sangat mumpuni. Yang ada hanyalah pilihan yang lebih tepat sesuai gaya hidup, kebutuhan harian, dan prioritas individu kamu.

Pertimbangkanlah bagaimana kamu paling sering menggunakan ponsel, maka jawabannya akan menjadi jelas.

Kesimpulan: Pilihan di Tangan Anda

Bagi pengguna di Indonesia, pilihan antara dua varian Galaxy S24 ini seringkali bermuara pada satu pertanyaan praktis. Apakah kamu lebih menghargai kecepatan CPU dan grafis puncak, atau ketahanan baterai seharian penuh?

Prosesor dari Qualcomm unggul dalam performa maksimal. Sementara chipset buatan Samsung, Exynos 2400, adalah juara efisiensi dengan daya tahan lebih lama.

Samsung telah membuat lompatan signifikan. Snapdragon 8 Gen 3 masih memimpin, tetapi jaraknya kini sangat tipis.

Pilihan akhir sepenuhnya ada di tanganmu. Untungnya, untuk model reguler dan plus, varian dengan prosesor efisien lebih lazim di pasaran Indonesia.

Apapun pilihanmu, kamu akan mendapatkan pengalaman flagship terbaik dari Samsung Galaxy. Keduanya adalah otak cerdas yang sangat powerful.

➡️ Baca Juga: 9 Fakta Neural Engine M4 38 TOPS Vs A17 Pro 35 TOPS? Bedanya Tipis Tapi Worth It Gak Sih?

➡️ Baca Juga: Jangan Asal Klik! Panduan “Awam” untuk Memilih Software Berkualitas.

Related Articles

Back to top button