A17 Pro Vs M4 Chip Ternyata Beda 3x Lipat Di GPU? Kok Bisa Gitu Padahal Produksi Bareng?

Pernah nggak sih, kamu penasaran banget sama sebuah rumor teknologi yang terdengar mustahil? Gue juga begitu. Waktu pertama kali dengar bahwa kemampuan grafis dua chip Apple ini berbeda sangat ekstrem, rasanya kayak dikerjai.
Bagaimana mungkin, produk dari pabrik yang sama, TSMC, dengan proses canggih 3nm, bisa punya jarak performa yang hampir 300%? Ini seperti dua saudara kandung yang dibesarkan di rumah sama, tapi satu jadi atlet olympic dan yang lain penyair.
Artikel ini hadir buat menjawab rasa penasaran kita bersama. Kita akan ngobrol santai, tapi tetap mendalam, untuk membongkar misteri di balik angka-angka benchmark yang mengejutkan itu.
Kita akan lihat bukan cuma dari sisi teknis murni, tapi juga memahami filosofi Apple: smartphone yang powerful versus perangkat pro yang memang didesain untuk kerja berat. Yuk, kita selami!
Hal-Hal Penting yang Akan Dibahas
- Fakta di balik klaim perbedaan tiga kali lipat pada kemampuan grafis.
- Alasan mendasar mengapa chip untuk iPhone dan iPad/Mac bisa sangat berbeda, meski diproduksi bersama.
- Penjelasan sederhana tentang hasil tes FP32 (TFLOPS) yang mendukung perbedaan besar ini.
- Konteks penggunaan yang membedakan tujuan desain kedua chip tersebut.
- Kesimpulan bahwa meski angkanya jauh, kedua GPU ini adalah yang terbaik di segmennya masing-masing.
- Pembahasan akan disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, cocok untuk semua kalangan.
Pengantar: Pertarungan GPU Apple yang Tidak Seimbang?
Sebelum kita terjun ke angka benchmark yang fantastis, mari kita berhenti sejenak dan bertanya: apakah ini perbandingan yang masuk akal?
Memang, melihat spesifikasi mentah, seolah kita membandingkan mobil kota dengan truk trailer. Tapi justru di situlah letak daya tariknya.
Perbandingan ini mengungkap strategi cerdas Apple dalam memenuhi kebutuhan pasar yang sangat berbeda.
Data intinya begini. Chip a17 pro apple dengan grafis 6-inti didesain khusus untuk segmen smartphone, yaitu iPhone 15 Pro dan Pro Max.
Sementara, prosesor grafis 20-inti dari seri M4 ditujukan untuk sektor laptop dan iPad Pro. Pasar utamanya jelas berbeda.
Jadi, meski terlihat tidak adil, membandingkannya justru valid. Tujuannya untuk memahami seberapa besar lompatan performa yang Apple tawarkan untuk perangkat kelas profesional.
Faktor waktu juga berpengaruh. Chip untuk iPhone rilis di kuartal ketiga 2023. Sedangkan generasi M4 datang setahun lebih baru, di akhir 2024.
Teknologi dalam setahun itu bisa berkembang pesat.
Ekspektasi penggunanya pun berbeda. Di smartphone, tuntutan terbesar adalah gaming AAA yang mulus dan efek visual real-time.
Di sisi lain, perangkat “Pro” seperti iPad Pro atau MacBook dituntut untuk mampu rendering video 8K, desain 3D, atau simulasi yang kompleks.
Kedua processors ini adalah jawaban atas dua pertanyaan yang berlainan.
Oleh karena itu, “ketidakseimbangan” yang kita lihat bukanlah sebuah kesalahan atau kecelakaan. Ini adalah pilihan desain yang sangat disengaja.
Dengan memahami konteks ini dulu, kita akan lebih siap menyelami filosofi desain di balik angka-angka teknis nanti.
Kita akan lihat bagaimana arsitektur cpu, manajemen memory, dan efisiensi daya dibentuk untuk menghasilkan hasil akhir yang optimal di perangkat masing-masing.
Smartphone vs iPad/Laptop: Tujuan Desain yang Berbeda

Sebelum melihat angka, kita perlu pahami dulu ‘jiwa’ dari masing-masing prosesor grafis ini.
Apple mendesain chipnya dengan filosofi yang sangat jelas. Setiap keputusan teknis, dari jumlah inti hingga manajemen daya, selalu mengacu pada satu pertanyaan: untuk perangkat apa ini akan digunakan?
Jawabannya melahirkan dua pendekatan utama. Pertama, prioritas mutlak pada efisiensi untuk perangkat yang selalu dibawa ke mana-mana. Kedua, fokus pada kekuatan komputasi maksimal untuk alat kerja profesional.
Perbandingan antara keduanya menjadi menarik justru karena perbedaan filosofi ini. Ini bukan soal mana yang lebih baik, tapi mana yang lebih tepat untuk kebutuhanmu.
A17 Pro: Raja GPU di Dunia Smartphone
Bayangkan kamu harus membangun mesin grafis terkuat yang muat di saku celana. Itulah tantangan untuk chip a17 pro gpu.
Tujuannya bukan hanya tentang angka benchmarks specifications tertinggi. Yang lebih krusial adalah keseimbangan antara kinerja dan daya tahan baterai.
GPU 6-inti ini adalah kebanggaan iPhone 15 Pro. Ia membawa GPU Generasi ke-7 Apple yang telah ditingkatkan.
Dalam data teknis, ia memiliki 24 execution units dan 768 shading units. Jumlah ini dirancang untuk:
- Menjalankan game mobile dengan grafis AAA yang sangat halus.
- Memproses fotografi komputasional dan video cinematic mode secara real-time.
- Melakukan semua itu tanpa membuat ponsel cepat panas atau baterai terkuras dalam hitungan jam.
Filosofinya adalah mobility pertama. Chip ini harus tangguh dalam kondisi terbatas. Ia adalah jawaban untuk pengguna yang menginginkan pengalaman premium di genggaman.
M4 Pro GPU: Kekuatan Grafis untuk Perangkat “Pro”
Sekarang, bayangkan kamu mendesain mesin untuk studio kreatif atau engineer. Batasan utamanya bukan lagi ukuran baterai kecil, tetapi beban kerja yang sangat berat.
Di sinilah pro gpu dari seri M4 berperan. Dengan 20 inti grafis, ia adalah monster performa yang ditujukan untuk iPad Pro dan MacBook.
Skalanya jauh lebih besar. Chip grafis ini dilengkapi dengan 320 execution units dan 2560 shading units. Itu lebih dari tiga kali lipat jumlah unit pada saudaranya untuk smartphone.
Power sebesar ini dibutuhkan untuk tugas-tugas seperti:
- Editing dan rendering video resolusi 8K tanpa lag.
- Modeling dan rendering objek 3D yang kompleks.
- Bermain game AAA PC-kelas dengan pengaturan grafis maksimal.
Filosofi di baliknya adalah performa pertama. Perangkat “Pro” Apple sering digunakan saat terhubung ke sumber daya listrik atau di meja kerja. Tujuannya adalah menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin.
Analoginya seperti ini. GPU di iPhone ibarat mobil sport jalanan yang nyaman untuk sehari-hari dan cepat bila diperlukan. Sementara GPU M4 Pro seperti mobil balap F1, dibangun murni untuk kecepatan tertinggi di sirkuit.
Kedua processor ini adalah masterpiece Apple di segmennya masing-masing. Comparisons yang kita lakukan hanya untuk link atau menghubungkan data teknis dengan pengalaman pengguna yang sesungguhnya.
Kesimpulannya, perbedaan besar dalam spesifikasi bukanlah kecelakaan. Itu adalah konsekuensi logis dari dua tujuan desain yang sama sekali berbeda. Keduanya adalah jawaban terbaik, tetapi untuk dua masalah yang tidak sama.
Mengupas Spesifikasi Teknis: A17 Pro vs M4 GPU

Jika tujuan desain adalah ‘jiwa’-nya, maka spesifikasi teknis adalah ‘otot dan tulang’ yang membuatnya bergerak.
Di bagian ini, kita akan melihat angka-angka konkret. Data inilah yang akhirnya menerjemahkan filosofi Apple menjadi kinerja nyata di layar kamu.
Kita bahas mulai dari teknologi fabrikasi paling dasar, hingga arsitektur memori yang menentukan seberapa cepat data bisa mengalir.
Lithografi 3nm: N3B vs N3E
Kedua chip ini memang diproduksi oleh TSMC dengan proses 3 nanometer. Tapi, generasinya berbeda.
Prosesor grafis untuk smartphone menggunakan node N3B. Ini adalah generasi pertama teknologi 3nm TSMC.
Sementara, chip untuk iPad Pro datang dengan node N3E. Ini adalah versi yang lebih matang dan disempurnakan.
Perbedaan generasi ini berdampak pada efisiensi. Node N3E yang lebih baru sering kali menawarkan konsumsi daya yang lebih baik pada performa yang setara.
Ini adalah salah satu keuntungan dari release yang lebih belakangan. Teknologi punya waktu untuk berkembang.
Jumlah Inti dan Shading Units: 6-Core vs 20-Core
Ini adalah perbedaan paling mendasar. Bayangkan ini seperti jumlah pekerja di sebuah pabrik.
GPU 6-inti pada chip smartphone memiliki 768 shading units. Unit-unit ini bertugas menghitung warna, cahaya, dan bayangan di setiap pixel.
Di sisi lain, GPU 20-inti untuk perangkat Pro dilengkapi dengan 2560 shading units. Jumlahnya lebih dari tiga kali lipat.
Lebih banyak core dan unit berarti kapasitas pemrosesan paralel yang jauh lebih besar. Ini memungkinkan untuk mengerjakan tugas grafis yang sangat kompleks sekaligus.
Frekuensi dan Arsitektur Memori
Kecepatan kerja setiap core juga berbeda. GPU pada chip tablet memiliki kecepatan clock sekitar 1.578 ghz.
Sebagai perbandingan, kecepatan pada prosesor ponsel adalah 1.398 ghz. Meski selisihnya tidak ekstrem, ini tetap berkontribusi.
Perbedaan lain ada pada tipe memori. Perangkat Pro menggunakan LPDDR5X-8533 yang lebih baru dan cepat.
Ponsel flagship masih mengandalkan LPDDR5-6400. Memori yang lebih cepat membantu akses data untuk cache dan tugas lainnya.
Kombinasi ghz yang lebih tinggi dan memori yang lebih baru meningkatkan efficiency secara keseluruhan.
Bandwidth Memori: Kesenjangan yang Lebar
Di sinilah perbedaan teknis menjadi sangat dramatis. Bandwidth adalah jalan tol untuk data grafis.
Chip untuk perangkat mobile memiliki bus memori 64-bit. Bandwidth-nya mencapai 51.2 GB/s. Cukup untuk kebutuhan game mobile dan fotografi.
Sebaliknya, prosesor untuk iPad Pro memiliki bus memori lebar 256-bit. Bandwidth-nya melesat hingga 273 GB/s.
Angka itu lebih dari lima kali lipat! Bandwidth sebesar ini mutlak diperlukan.
Fungsinya untuk mengolah tekstur game AAA beresolusi tinggi, data video 8K, dan mendorong tampilan dengan resolusi ultra-tinggi seperti layar 6K.
Kekuatan seperti ini butuh daya. TDP (Thermal Design Power) untuk GPU 20-inti ini dilaporkan sekitar 27 Watt.
Itu wajar untuk perangkat dengan sistem pendingin aktif, seperti laptop. Ini adalah trade-off untuk performa puncak.
Jadi, meski harganya lebih tinggi, price-to-performance-nya untuk pekerjaan profesional sangat masuk akal. Banyak ulasan di tech news dan affiliate link untuk laptop kreator membuktikan hal ini.
Dengan spesifikasi teknis ini, wajar jika hasil benchmark nanti menunjukkan jarak yang jauh. Mari kita buktikan di bagian selanjutnya.
Hasil Benchmark Membuktikan: Perbedaan Hampir 300%!
Teori dan spesifikasi sudah kita bahas. Kini, mari kita sambut sang juri yang tak memihak: hasil benchmark.
Inilah momen kebenaran. Semua klaim tentang perbedaan ekstrem akan diuji dengan angka-angka mentah dari laboratorium digital. Apa yang ditemukan? Jaraknya bahkan lebih meyakinkan daripada dugaan.
Mari kita selami dua metrik kunci yang menjadi bukti utama.
Performa FP32 (TFLOPS): Angka yang Berbicara
Apa itu TFLOPS? Ini singkatan dari Tera Floating Point Operations Per Second. Ia mengukur berapa triliun kalkulasi matematika rumit yang bisa dilakukan sebuah pro gpu setiap detiknya.
Metrik ini adalah tolok ukur utama kekuatan komputasi grafis murni. Semakin tinggi angkanya, semakin kompleks tugas yang bisa ditangani.
Nah, inilah results yang mencengangkan. Prosesor grafis untuk iPad Pro mencatatkan angka sekitar 8.5 TFLOPS.
Sementara, a17 pro gpu di smartphone flagship mencapai 2.1 TFLOPS. Coba kamu hitung selisihnya.
Perbedaannya tepat 297%. Itu hampir tiga kali lipat! Angka 8.5 vs 2.1 bukanlah omong kosong marketing.
Bayangkan jika chip smartphone bisa menggambar 2.1 triliun garis halus per detik. Maka, prosesor grafis untuk tablet bisa menggambar 8.5 triliun garis dalam waktu yang sama.
Perbedaan kolosal ini adalah buah langsung dari jumlah core yang jauh lebih banyak dan arsitektur yang dioptimalkan untuk ghz yang tinggi pada perangkat Pro.
Interpretasi Hasil Benchmark Geekbench dan Lainnya
Data fp32 tadi diperkuat oleh hasil tes perangkat lunak populer. Ambil contoh Geekbench Compute.
Dalam tes Metal, iPad Pro dengan chip terbaru melesat dengan skor yang sangat tinggi, mencapai 54,487. Kamu bisa lihat benchmarks resminya di hasil Geekbench Compute resmi.
Sebagai perbandingan, perangkat dengan chip smartphone biasanya berada di kisaran skor 7,000-an. Perbandingan ini juga terlihat dalam specifications tes lain seperti 3DMark Wildlife Extreme.
Penting diingat, benchmark sintetis seperti ini mengukur potensi mentah. Hasilnya mungkin tidak selalu refleksi 1:1 dengan pengalaman sehari-hari bermain game.
Tapi, angka 297% tadi adalah rata-rata valid dari banyak pengujian. Ini menunjukkan kapasitas dasar yang benar-benar berbeda.
Lalu, apa arti angka fp32 yang sangat tinggi ini di dunia nyata? Bagi pengembang game, ini berarti ruang untuk efek visual yang lebih cinematic dan fisika yang lebih rumit.
Bagi profesional kreatif, ini adalah tenaga untuk merender video 8K atau model 3D dengan waktu tunggu yang jauh lebih singkat. Inilah yang membuat lompatan performa dalam waktu kurang dari setahun ini begitu fenomenal.
Jadi, kok bisa beda jauh sampai 3x lipat? Jawabannya sekarang jelas. Skalanya memang berbeda dari awal.
Perangkat Pro didesain dengan core grafis berlimpah, bandwidth memori raksasa, dan TDP yang lebih besar untuk menopang semua kekuatan itu. Sementara chip smartphone dioptimalkan untuk keseimbangan sempurna di bodi kecil.
Kedua set specifications ini memang ditujukan untuk dua alam yang berbeda. Hasil benchmark seperti Passmark hanya mengkonfirmasi apa yang sudah direncanakan sejak di papan gambar.
Perbedaan hampir 300% itu bukan bug, melainkan fitur dari strategi Apple yang sangat terfokus.
Dunia Nyata: Seberapa Mulus untuk Gaming?
Mari kita tinggalkan sejenak dunia tes sintetis dan masuk ke dalam aksi gaming yang sesungguhnya. Bagaimanapun, angka benchmark yang tinggi baru berarti jika game yang kita mainkan berjalan lancar dan indah.
Di bagian ini, kita akan melihat langsung performance kedua prosesor grafis Apple dalam menghadapi tantangan nyata. Kita bahas dari kecepatan frame hingga kualitas visual yang bisa kamu nikmati.
Frame Rate dalam Pengujian Game
Lupakan dulu TFLOPS. Bagi gamer, metrik terpenting adalah FPS (Frame Per Second). Angka ini menentukan kelancaran gerakan di layar.
Untuk game mobile seperti Genshin Impact atau Call of Duty Mobile, prosesor di smartphone flagship sudah sangat mumpuni. Ia dapat dengan mudah mencapai frame rate tinggi di pengaturan medium hingga high.
Namun, ketika beralih ke game AAA yang lebih berat atau versi porting konsol ke iPad, ceritanya berbeda. Di sinilah kekuatan ekstra prosesor grafis untuk perangkat pro bersinar.
Data pengujian dari pihak ketiga pada perangkat dengan kemampuan setara menunjukkan hasil yang solid. Bahkan di pengaturan ultra, performance-nya tetap sangat playable.
| Pengaturan Grafis | Rata-rata Frame Rate (fps) | Keterangan |
|---|---|---|
| Low (Rendah) | 58.5 fps | Game berjalan sangat lancar, cocok untuk kompetitif. |
| High (Tinggi) | 38.7 fps | Visual sudah detail dan tetap mulus untuk dinikmati. |
| Ultra (Maksimal) | 38.9 fps | Semua efek grafis dihidupkan, pengalaman cinematic. |
Catatan penting: “Dengan semua laptop yang diuji dapat dimainkan dalam detail settings ultra.” Ini menggambarkan betapa tangguhnya chip kelas ini.
Sebagai perbandingan, prosesor di ponsel cenderung akan kesulitan mempertahankan frame rate stabil di setting ultra untuk game berat. Ia lebih nyaman di high settings.
Perbedaan ini bukan kelemahan, melainkan pilihan desain. Tugas utama prosesor smartphone adalah memberikan pengalaman gaming mobile premium yang konsisten.
Pengalaman Visual di Berbagai Setting
Frame rate yang tinggi itu bagus. Tapi, kualitas visual yang memukau juga tak kalah penting. Di sinilah perbedaan graphics benar-benar terasa.
Dengan prosesor grafis yang lebih kuat, kamu dapat menikmati:
- Shadow Quality yang lebih realistis dan detail.
- Texture Resolution tajam tanpa pecah dari dekat.
- Draw Distance sangat jauh, memperluas pandangan di game open-world.
- Dukungan penuh untuk efek canggih seperti ray tracing.
Pengalaman bermain juga dipengaruhi oleh layar. iPhone 15 Pro memiliki refresh rate 120Hz yang super smooth.
iPad Pro dengan ProMotion bisa mencapai refresh rate yang sama, bahkan di layar yang lebih besar. Bermain di tablet terasa lebih imersif.
Analoginya seperti ini. Bermain game di prosesor smartphone ibarat menyetir mobil sport di jalan kota. Sangat cepat dan responsif untuk kebutuhan sehari-hari.
Bermain dengan prosesor untuk tablet seperti menyetir di sirkuit balap. Semua kekuatan dan teknologi dimaksimalkan untuk performance puncak.
Keunggulan lain perangkat pro adalah dukungan external display. Kamu bisa menghubungkan iPad Pro ke monitor 4K atau 6K dan bermain game dengan graphics maksimal di layar besar.
Fitur ini membuka pengalaman gaming yang setara dengan konsol atau PC.
Jadi, mana yang lebih sesuai untukmu? Jawabannya tergantung kebutuhan.
Untuk game mobile saat ini, prosesor di smartphone flagship sudah lebih dari cukup. Ia menawarkan keseimbangan sempurna antara visual, kelancaran, dan efficiency daya.
Namun, jika kamu menginginkan pengalaman visual terbaik, game AAA terbaru, atau bermain di layar eksternal, maka prosesor grafis untuk perangkat pro adalah kebutuhan.
Memang price-nya lebih tinggi. Tapi untuk gamers hardcore, perbedaan pengalaman ini sepadan dengan investasinya.
Kesimpulan sementara dari comparisons ini jelas. Untuk gaming hardcore dan visual maksimal, prosesor grafis di perangkat tablet tidak ada tandingannya.
Untuk gaming mobile premium yang tak tertandingi, prosesor di smartphone tetap menjadi rajanya. Keduanya unggul di arena masing-masing.
Efisiensi Daya: Kuat Tapi Boros atau Irit?
Di balik angka benchmark yang mentereng, ada faktor lain yang tak kalah penting: seberapa hemat chip ini mengelola sumber dayanya?
Pertanyaan tentang boros atau irit sebenarnya relatif. Jawabannya sangat tergantung pada ukuran perangkat dan tugas yang sedang dilakukan.
Sebuah mesin yang haus daya di smartphone adalah bencana. Tapi di laptop dengan baterai besar, itu bisa jadi pilihan yang masuk akal.
Mari kita lihat metrik teknis yang menjadi kunci diskusi ini.
TDP dan Implikasinya pada Perangkat
TDP atau Thermal Design Power adalah batas panas yang harus diatasi sistem pendingin. Angka ini memberi gambaran tentang konsumsi daya dan panas yang dihasilkan.
Prosesor grafis untuk iPad Pro memiliki TDP sekitar 27 Watt. Ini adalah angka yang wajar untuk perangkat dengan kipas pendingin aktif.
Konsumsi daya setinggi ini diperlukan untuk mendorong performa puncak. Sistem di MacBook atau iPad Pro dirancang untuk menyalurkan dan membuang panas ini.
Sebaliknya, chip untuk smartphone flagship beroperasi dengan TDP yang jauh lebih rendah. Perkiraannya di bawah 10 Watt.
Ini adalah keunggulan efisiensi mutlak. Chip ini didesain untuk bodi tipis dengan pendingin pasif atau sangat terbatas.
Implikasinya jelas. iPhone tidak akan bisa menjalankan unit grafis pada 27W.
Baterainya akan habis dalam sekejap. Perangkat juga akan overheat dan throttle dengan cepat.
Ini adalah batasan fisik yang tidak bisa dilawan. Kedua processors ini hidup di dunia yang berbeda.
Keseimbangan Performa dan Daya Tahan Baterai
Di sinilah filosofi Apple terlihat jelas. Chip untuk ponsel mengutamakan performa per watt yang luar biasa.
Sementara, chip untuk tablet fokus pada performa absolut. Sumber daya yang lebih memadai (baterai besar, kipas) mendukung pilihan ini.
Arsitektur efisiensi pada kedua chip bekerja keras. CPU dan unit khusus menangani beban ringan untuk menghemat power.
Bandwidth memory yang tinggi pada perangkat Pro juga berkontribusi. Akses data yang cepat mengurangi waktu tunggu, meningkatkan efficiency secara keseluruhan.
Mari kita ambil contoh nyata. Mainkan game AAA selama satu jam.
Di iPhone, persentase baterai mungkin turun signifikan, tapi pengalaman tetap mulus. Di iPad Pro, penurunannya bisa lebih terkendali berkat kapasitas baterai yang lebih besar, meski konsumsi mutlaknya lebih tinggi.
Peran NPU (Neural Processing Unit) juga krusial. Unit ini menangani tugas machine learning dan AI secara efisien.
Dengan demikian, beban pada unit grafis inti bisa dikurangi. Ini adalah strategi cerdas untuk optimasi sistem.
Banyak ulasan di situs tech news dan affiliate link untuk laptop kreator membahas hal ini. Mereka sering memuji keseimbangan yang dicapai.
Dalam hal efisiensi murni (performa per watt), chip smartphone mungkin masih unggul. Ia dirancang untuk kondisi terbatas sejak awal.
Namun, untuk performa komputasi mentah, chip tablet adalah pemenangnya. Konsekuensinya adalah konsumsi daya yang lebih tinggi, sesuatu yang memang sudah direncanakan.
Kedua pendekatan ini valid. Pilihan terbaik bergantung pada apa yang kamu butuhkan dari perangkatmu.
Kesimpulan: Jadi, Kok Bisa Beda Jauh Sampai 3x Lipat?
Jadi, apakah perbedaan tiga kali lipat itu masuk akal? Jawabannya sangat jelas. Ya, dan itu sangat wajar. Kedua prosesor grafis ini dibangun untuk dunia yang berbeda.
Apple a17 pro adalah raja di segmen smartphone. Ia mengutamakan efisiensi daya dalam bodi kecil. Sementara, chip untuk iPad Pro adalah monster graphics untuk tugas profesional berat.
Perbedaan jumlah core, bandwidth memori, dan TDP adalah konsekuensi logis dari tujuan desain yang berlawanan. Produksi di pabrik yang sama tidak menjamin performance serupa.
Pilihan terbaik bergantung pada kebutuhanmu. Ingat, angka benchmarks hanyalah satu sisi. Pengalaman lengkap didukung oleh software Apple.
Teknologi chip terus berkembang. Perbedaan hari ini akan berubah lagi besok. Selalu lihat reviews perangkat lengkap untuk konteks yang utuh.
➡️ Baca Juga: 14 Pakaian Formal yang Sering Dibeli Tapi Hanya Dipakai Sekali
➡️ Baca Juga: 5 Buku Best Seller yang Dibelinya Karena Tren, Tapi Tak Pernah Dibaca




